Selamat malam Indonesia. Selamat Hari Pramuka.
Malam ini gue akan sharing SUSUatu yang sama sekali nggak ada hubungannya sama Pramuka.
Monggo.
KENAPA NULIS SESULIT NGANGKAT KEBO?
Gue rasa pertanyaan ini sangat korelatif sekali dengan pertanyaan : seberapa banyak lo membaca tiap harinya???
Selesai.
Udah. Gitu doang.
Iya, gitu doang. Jadi, menurut lo apa lagi yang bisa bikin orang susah banget nulis sampe berasa kayak ngangkat kebo, kalo bukan karena dia kurang membaca???
Lo yang pengen jadi penulis, sering banget kan ngalami kesulitan dalam nulis?
Nah! Kali ini gue Presiden Mumetnesia sedang berbaik hati ngasih jebolan tentang cara gampang buat menulis. Nggak tanggung-tanggung men! Nggak cuma sekedar bocoran, gue malahan ngasih lo JEBOLAN!!
Lo tau bedanya?
Kalo bocoran suaranya tik-tik-tik, kalo jebolan suaranya DUWORRR!!!
Upsss sori. Nggak penting itu mah.
Pertanyaan kedua, apa yang musti kita baca tiap hari?
Yaaa... apa aja yang menarik hati lo.
Soalnya kan ketertarikan tiap orang pada jenis tulisan berbeda-beda. Nah, yaudah ikuti aja apa kata hati lo tentang tulisan model gimana yang lo sukai.
Lo suka novel? Baca aja novel. Beli! Kalo nggak mo beli, pinjem. Kalo nggak mo pinjem, nyolong!
Eh nggak ya. Yang terakhir itu sangat sangat tidak gue sarankan. Soalnya gue nggak pengen lo mengikuti jejak gue.
Eh, sori. Keceplosan.
Aisshhh!!
Nggak lah. Mana mungkin gue maling buku.
Soalnya gue maling ayam.
Plakkk!!
Hah! Malah tambah parah. Oke lupain. Novel juga banyak macemnya ya. Bahasa gaulnya genre. Ada genre religi, teenlit, inspiratif, thriller, psychology, fantasy, humor, horor, misteri, dan muasih buanyak lagii!
Pilih mana yang lo suka. Dan jangan maksa buat suka ama sebuah genre. Kenapa? Karena semua yang dipaksakan itu pasti akan berakhir nggak beres bin nggak baik.
Coba aja bayangin. Misalnya lo dipaksa ortu buat nikah ama orang yang nggak lo sayang. Nggak ada rasa sama sekali. Kayak sayur tanpa garem. Kayak kopi tanpa gelas. Yang ketemu aja belom pernah. Yang nggak jelas calon suami lo ada jakunnya ato nggak. Ato calon istri lo pipisnya jongkok apa berdiri.
Nggak beres entar ujung-ujungnya. Bisa-bisa lo nggak jadi berumah tangga. Yang ada lo malahan berular tangga.
Wakaka...
Kecuali gini. Lo yang cewek dipaksa emak lo buat nikah ama gue lantaran emak suka ama tulisan-tulisan gue. Nah! Kalo kayak gitu dijamin varokah hidup loh! Ahahaha...
Lo yang suka puisi, banyak-banyak baca puisi. Lo yang suka cerpen, banyak-banyak baca cerpen. Artikel juga gitu. Esai, makalah ilmiah, otobiografi, sejarah, kritik sastra, dan seterusnya. Semuanya butuh pembiasaan men!
Kodok kecil terbiasa ngeliat ibunya lompat-lompat, akhirnya dia bisa ngelompat juga. Kodok kecil terbiasa ngeliat ibunya makan nyamuk akhirnya ikutan makan nyamuk juga.
Coba kecebong taroh di samping lo. Biarkan tumbuh besar bersama lo. Gedenya mungkin dia bisa tawuran dan suka ngerokok.
Appahhh!?!?
Nggak. Maksud gue gini. Kalo lo terbiasa membaca suatu jenis atau genre tulisan, maka itulah yang akan menjadi spesifikasi lo. Tanpa disadari lo akan meniru gimana tulisan itu dibuat, kurang lebihnya seperti katak meniru lo tawuran tadi. Hehe. Bersyukurlah kita manusia adalah peniru sekaligus pembelajar yang baik.
Selain dari buku, kita bisa juga baca-baca dari internet. Jaman sekarang kan udah cenggong. Smartphone udah nempel di tangan tiap orang, lengket banget kayak cicak nempel di dinding.
Eh apaan cenggong?
Canggih. Bahasa gue itu mah.
Kriiikkk....
Tapi ingat satu hal. Meskipun atas dasar ketertarikan dan lo mengharuskan diri membaca tiap hari, jangan sekali-kali nyari di Mbah Gugel dengan kata kunci cerita dewasa, cerita sex, atau yang semacamnya! Terutama lo para cowok. Nggak tau kalo cewek juga doyan.
Inget men, cerita berbau pornografi itu sangat destruktif alias merusak. Nggak ada manfaatnya!
Jangann men! Sebaiknya jangan! Sekali-kali jangan!
Jangan mengikuti jejak gue.
Gubrakkk!
Hadehh. Sori keceplosan lagi.
Nggak. Gue cuma becanda kok. Lagian gue nggak kayak gitu orangnya. Gue alim. Nggak suka ama begituan.
Gue lebih suka videonya.
Plakkk!!
Terus sering ada pertanyaan, apakah mungkin kita menjadi penulis beberapa jenis tulisan? Misalnya nih kita penulis novel, sekaligus penulis cerpen juga, sekaligus penulis puisi. Ato barangkali mahir juga bikin essai.
Sampe saat ini gue belum ngeh juga ya mengenai hal ini. Setahu gue penulis cerpen bersambung yang sering nongol di koran-koran fokusnya ya bikin cerpen.
Kalo ada orang yang berbagai macem tulisan dicemplungi dan dicoba atu-atu, yaaah setahu gue orang itu lagi belajar nulis. It's okay guys, no what-what.
Atau barangkali lo punya jawaban lain dari hal ini?
Mengenai masalah kapankah kita akan menemukan jenis, genre, sekaligus karakter tulisan yang pas buat kita, tentu saja itu butuh waktu. Everything need process bro. Lo tenang aja. Nggak usah terburu-buru. Nikmatin aja proses dalam menulis. Nanti lo juga bakalan nemuin sendiri, seperti halnya remaja yang menemukan kedewasaan. Seperti halnya pemuda yang menemukan jati dirinya. Seperti halnya kodok yang menemukan rokoknya.
Eh nggak ding.
Kalau gue pribadi ditanya, apakah gue udah menemukan spesifikasi tulisan yang pas buat gue, nggak tau juga sih. Bisa dibilang udah bisa dibilang belom. Yang jelas gue suka nulis cerita dewasa.
Whattt!?!?!
Haha. Becanda. Nggak kok. Gue lebih suka bikin videonya.
Ah salah lagi!
Spesifikasi gue adalah fiksi. Genrenya humor sama puisi.
Iya. Jadi gue bisa ketawa ama nangis di saat bersamaan.
Jadi abis ini gue mo nangis. Lo mo ikutan?
Sebaiknya enggak.
Oke. Lanjutt. Selain membaca apa yang ada di luar diri kita, kayak buku-buku, film, kejadian sehari-hari, kita juga musti membaca apa yang ada di dalam diri kita.
Inget wahyu pertama yang diterima Nabi? Iqro' atau bacalah. Lo pasti tahu tafsir kata Iqro' itu luas banget.
Jadi, sederhananya baca aja semua yang bisa lo baca.
Baca keadaan diri lo, suasana hati dan pikiran lo. Kenapa hati dan pikiran susah banget diajak ngangkat kebo. Eh, maksud gue susah banget diajak nulis.
Ada orang yang nunggu tengah malem, nunggu sepi baru bisa nulis. Ada yang di tengah-tengah kemacetan lalu lintas, tapi di dalam mobil lancar-lancar aja nulisnya. Ada yang musti naik pohon atau naik genteng dulu, bahkan mendaki gunung menuruni lembah kayak ninja hatori.
Ada yang dateng dulu ke kuburan. Atau baca ayat kursi tujuh kali, ayatnya ilang tinggal kursinya. Ada yang semedi dulu, dengan kaki di kepala - kepala di kaki kayak kutu. Wiridan sampe mulutnya kriting minta direbonding.
Ada yang bisa nulis lancar kalau pas lagi boker di WC. Jadi dia bawa hape buat nulis gitu. Sambil ngeden sambil nulis. Itu gue.
Yah! Keceplosan maning rek!
Haiiiyyyahh
Atau ngajak ngobrol orang dari habis maghrib sampai tengah malam kayak Sujiwo Tejo. Yang ini serius. Ini gue tulis atas pengakuan beliau dalam sebuah acara Suluk Maleman di Pati, Jawa Tengah.
Yaahh macem-macem dah!
Absurd kedengerannya. Tapi memang itulah uniknya penulis!
Hwohho! So, tepuk tangan buat ninja Hatori. Eh maksud gue tepuk tangan buat para penuliss!!
Yeee. Prok...prokk...prokk!!!
So, temukan! Temukan tubuh lo, hati lo, pikiran lo, itu enteng diajak nulis ketika apa?
Lo boleh ngomong sendiri di depan cermin, menceracau nggak jelas tentang ini itu, asal nuliiss aja tanpa mikir, dengerin musik, jogetan sendiri, browsing tujuh keliling, lari-lari guling-guling, salto, ato apalah apalah it's yours men!
Sekedar buat lo tau aja, sebenernya gue seringkali ngelakuin beberapa hal di atas. Nggak perlu gue tunjukin yang mana. Entar malah lo tiru. Lo kan belum cukup umur
Xixixixi...
Oke. Next. Kenapa kita harus membaca?
Gini. Otak manusia ini ibarat teko men. Lo tau teko kan?
Iya. Yang ada orang banyak lagi jualan itu kan???
ITU TOKO!!!
Semakin banyak dan sering kita mengisi teko dengan air, maka semakin penuh dan tumpahlah air itu.
Itulah isi kepala kita. Semakin banyak dan sering kita membaca, tanpa dipaksa pun otomatis kita akan menulis dengan sendirinya. Mengapa? Ya karena memori penyimpanan kita 'penuh' dan akhirnya 'tumpah'.
Iya. Meski pada hakekatnya otak kita diciptakan Tuhan bersifat unlimited dan tidak ada istilah penuh, tetapi PASTI akan ada masa dimana kita merasa NGGAK NAHAN akan sebuah ide. Maka jadinya tumpah deh. Tumpahan itulah yang dinamakan tulisan kita.
Kittaa??? Lo aja kaleeek!!
Membacalah men. Membaca. Kalo lo nggak rajin membaca, gimana lo bisa nulis? Kalo lo nggak rajin membaca, ya elo kayak teko kosong jadinya.
Kalo teko lo kosong terus apa yang mo dituangin? Angin?
Membaca pun bisa membuat kita bisa melihat secara multidimensional. Kita punya banyak mata untuk melihat suatu permasalahan dari berbagai sudut pandang. Sehingga semakin lama kita akan menjadi lebih peka dan bijak.
Oke cukup.
Jadi, pesen gue malem ini, teruslah belajar menulis. Menulis bisa ngerubah hidup lo men.
Karena lo bukan anak raja, bukan juga anak ulama besar, maka jadilah penulis. Itu kata Imam Al-Ghazali, embah buyut gue.
Kalo ada buku yang pengen lo baca, tapi buku itu belom ada yang nulis, maka lo yang musti menulisnya. Itu kata Toni Morrison, Penulis Afro-Amerika, tante gue. Itu hampir mirip kata-kata empok gue Dewi Lestari, tulislah buku yang pengen lo baca.
Menulislah tiap harinya, niscaya kulit lo akan menjadi segar kembali. Itu kata Fatimah Mernissi, tante gue yang satunya lagi.
Ngaku-ngaku...
Iya terserah gue dong. Gue yang nulis. Pengen bisa kayak gini? Makanya nuliss....
Nggak ada satupun pekerjaan yang paling menyenangkan, selain hobi kita dibayar! Itu kata Ridwan Kamil, Walikota Bandung, bukan apa-apa gue.
Sebab tersimpan rasa dalam setiap kata. Bila dirangkai dengan baik satu dengan yang lainnya, ia akan menjadi sekumpulan tulisan yang mampu membawa hidupmu. Bila menyatu dalam nada ia akan menjadi harmoni yang mampu mengajak jiwa menari. Bila hanya engkau biarkan saja mengalir lewat lisan, walaupun itu seindah lukisan ia akan tetap pudar akhirnya, walau bercahaya layaknya mentari ia tak akan banyak berarti. Sebab ia tak bisa bertahan untuk tidak menjadi angin, hanya beberapa kerjap setelah engkau mengucapnya, sebelum ia lenyap sama sekali dari telinga siapa yang mendengarnya. Maka menulislah. Itu kata Elfariqy, sodara kembar gue.
Terakhir, nulis aja terus sampe jagat maya ini penuh dengan tulisan-tulisan lo. Nulis aja terus sampe orang-orang pada bosen. Nulis aja terus sampe 'kejahatan' lo dilaporkan.
Iya. Sama penerbit.
Sama polisi? Enggak lah. Tenang aja. Indonesia udah merdeka men! Merdeka!!
MERDEKA!!!
Iya. Yang gue cetak tebal itu kata gue sendiri.
Yah, pokoknya menulis itu banyak manfaatnya dah, apalagi ini hari Pramuka.
Eh, nggak ada hubungannya ding.
Terus, belajar nulis bisa lo lakukan sama orang-orang yang lo yakini bisa nulis. Jangan sekali-sekali lo belajar dari orang yang suka update status di facebook panjaaang bingitt. Plus bikin bingung pembacanya.
Woy, itu kan elo?
Oh iya ya. Itu gue dong.
Plakkk
Belajarlah dari orang yang meyakinkan. Bisa sama orang yang udah pernah nerbitin buku. Bisa sama guru bahasa Indonesia di sekolah. Ato bisa juga sama orang di sekitar lo, khususnya orang Mumetnesia.
Orang Mumetnesia semuanya mahir menulis kok.
Menulis cerita dewasa.
Gubrakkk!!
Damai Negeriku, gue Ken Patih selamat malamm!
Mumetnesia, 14 Agustus 2015
©Ken Patih.
Baca juga KENAPA NULIS SESULIT NGANGKAT KEBO? (Part 2)
Malam ini gue akan sharing SUSUatu yang sama sekali nggak ada hubungannya sama Pramuka.
Monggo.
KENAPA NULIS SESULIT NGANGKAT KEBO?
Gue rasa pertanyaan ini sangat korelatif sekali dengan pertanyaan : seberapa banyak lo membaca tiap harinya???
Selesai.
Udah. Gitu doang.
Iya, gitu doang. Jadi, menurut lo apa lagi yang bisa bikin orang susah banget nulis sampe berasa kayak ngangkat kebo, kalo bukan karena dia kurang membaca???
Lo yang pengen jadi penulis, sering banget kan ngalami kesulitan dalam nulis?
Nah! Kali ini gue Presiden Mumetnesia sedang berbaik hati ngasih jebolan tentang cara gampang buat menulis. Nggak tanggung-tanggung men! Nggak cuma sekedar bocoran, gue malahan ngasih lo JEBOLAN!!
Lo tau bedanya?
Kalo bocoran suaranya tik-tik-tik, kalo jebolan suaranya DUWORRR!!!
Upsss sori. Nggak penting itu mah.
Pertanyaan kedua, apa yang musti kita baca tiap hari?
Yaaa... apa aja yang menarik hati lo.
Soalnya kan ketertarikan tiap orang pada jenis tulisan berbeda-beda. Nah, yaudah ikuti aja apa kata hati lo tentang tulisan model gimana yang lo sukai.
Lo suka novel? Baca aja novel. Beli! Kalo nggak mo beli, pinjem. Kalo nggak mo pinjem, nyolong!
Eh nggak ya. Yang terakhir itu sangat sangat tidak gue sarankan. Soalnya gue nggak pengen lo mengikuti jejak gue.
Eh, sori. Keceplosan.
Aisshhh!!
Nggak lah. Mana mungkin gue maling buku.
Soalnya gue maling ayam.
Plakkk!!
Hah! Malah tambah parah. Oke lupain. Novel juga banyak macemnya ya. Bahasa gaulnya genre. Ada genre religi, teenlit, inspiratif, thriller, psychology, fantasy, humor, horor, misteri, dan muasih buanyak lagii!
Pilih mana yang lo suka. Dan jangan maksa buat suka ama sebuah genre. Kenapa? Karena semua yang dipaksakan itu pasti akan berakhir nggak beres bin nggak baik.
Coba aja bayangin. Misalnya lo dipaksa ortu buat nikah ama orang yang nggak lo sayang. Nggak ada rasa sama sekali. Kayak sayur tanpa garem. Kayak kopi tanpa gelas. Yang ketemu aja belom pernah. Yang nggak jelas calon suami lo ada jakunnya ato nggak. Ato calon istri lo pipisnya jongkok apa berdiri.
Nggak beres entar ujung-ujungnya. Bisa-bisa lo nggak jadi berumah tangga. Yang ada lo malahan berular tangga.
Wakaka...
Kecuali gini. Lo yang cewek dipaksa emak lo buat nikah ama gue lantaran emak suka ama tulisan-tulisan gue. Nah! Kalo kayak gitu dijamin varokah hidup loh! Ahahaha...
Lo yang suka puisi, banyak-banyak baca puisi. Lo yang suka cerpen, banyak-banyak baca cerpen. Artikel juga gitu. Esai, makalah ilmiah, otobiografi, sejarah, kritik sastra, dan seterusnya. Semuanya butuh pembiasaan men!
Kodok kecil terbiasa ngeliat ibunya lompat-lompat, akhirnya dia bisa ngelompat juga. Kodok kecil terbiasa ngeliat ibunya makan nyamuk akhirnya ikutan makan nyamuk juga.
Coba kecebong taroh di samping lo. Biarkan tumbuh besar bersama lo. Gedenya mungkin dia bisa tawuran dan suka ngerokok.
Appahhh!?!?
Nggak. Maksud gue gini. Kalo lo terbiasa membaca suatu jenis atau genre tulisan, maka itulah yang akan menjadi spesifikasi lo. Tanpa disadari lo akan meniru gimana tulisan itu dibuat, kurang lebihnya seperti katak meniru lo tawuran tadi. Hehe. Bersyukurlah kita manusia adalah peniru sekaligus pembelajar yang baik.
Selain dari buku, kita bisa juga baca-baca dari internet. Jaman sekarang kan udah cenggong. Smartphone udah nempel di tangan tiap orang, lengket banget kayak cicak nempel di dinding.
Eh apaan cenggong?
Canggih. Bahasa gue itu mah.
Kriiikkk....
Tapi ingat satu hal. Meskipun atas dasar ketertarikan dan lo mengharuskan diri membaca tiap hari, jangan sekali-kali nyari di Mbah Gugel dengan kata kunci cerita dewasa, cerita sex, atau yang semacamnya! Terutama lo para cowok. Nggak tau kalo cewek juga doyan.
Inget men, cerita berbau pornografi itu sangat destruktif alias merusak. Nggak ada manfaatnya!
Jangann men! Sebaiknya jangan! Sekali-kali jangan!
Jangan mengikuti jejak gue.
Gubrakkk!
Hadehh. Sori keceplosan lagi.
Nggak. Gue cuma becanda kok. Lagian gue nggak kayak gitu orangnya. Gue alim. Nggak suka ama begituan.
Gue lebih suka videonya.
Plakkk!!
Terus sering ada pertanyaan, apakah mungkin kita menjadi penulis beberapa jenis tulisan? Misalnya nih kita penulis novel, sekaligus penulis cerpen juga, sekaligus penulis puisi. Ato barangkali mahir juga bikin essai.
Sampe saat ini gue belum ngeh juga ya mengenai hal ini. Setahu gue penulis cerpen bersambung yang sering nongol di koran-koran fokusnya ya bikin cerpen.
Kalo ada orang yang berbagai macem tulisan dicemplungi dan dicoba atu-atu, yaaah setahu gue orang itu lagi belajar nulis. It's okay guys, no what-what.
Atau barangkali lo punya jawaban lain dari hal ini?
Mengenai masalah kapankah kita akan menemukan jenis, genre, sekaligus karakter tulisan yang pas buat kita, tentu saja itu butuh waktu. Everything need process bro. Lo tenang aja. Nggak usah terburu-buru. Nikmatin aja proses dalam menulis. Nanti lo juga bakalan nemuin sendiri, seperti halnya remaja yang menemukan kedewasaan. Seperti halnya pemuda yang menemukan jati dirinya. Seperti halnya kodok yang menemukan rokoknya.
Eh nggak ding.
Kalau gue pribadi ditanya, apakah gue udah menemukan spesifikasi tulisan yang pas buat gue, nggak tau juga sih. Bisa dibilang udah bisa dibilang belom. Yang jelas gue suka nulis cerita dewasa.
Whattt!?!?!
Haha. Becanda. Nggak kok. Gue lebih suka bikin videonya.
Ah salah lagi!
Spesifikasi gue adalah fiksi. Genrenya humor sama puisi.
Iya. Jadi gue bisa ketawa ama nangis di saat bersamaan.
Jadi abis ini gue mo nangis. Lo mo ikutan?
Sebaiknya enggak.
Oke. Lanjutt. Selain membaca apa yang ada di luar diri kita, kayak buku-buku, film, kejadian sehari-hari, kita juga musti membaca apa yang ada di dalam diri kita.
Inget wahyu pertama yang diterima Nabi? Iqro' atau bacalah. Lo pasti tahu tafsir kata Iqro' itu luas banget.
Jadi, sederhananya baca aja semua yang bisa lo baca.
Baca keadaan diri lo, suasana hati dan pikiran lo. Kenapa hati dan pikiran susah banget diajak ngangkat kebo. Eh, maksud gue susah banget diajak nulis.
Ada orang yang nunggu tengah malem, nunggu sepi baru bisa nulis. Ada yang di tengah-tengah kemacetan lalu lintas, tapi di dalam mobil lancar-lancar aja nulisnya. Ada yang musti naik pohon atau naik genteng dulu, bahkan mendaki gunung menuruni lembah kayak ninja hatori.
Ada yang dateng dulu ke kuburan. Atau baca ayat kursi tujuh kali, ayatnya ilang tinggal kursinya. Ada yang semedi dulu, dengan kaki di kepala - kepala di kaki kayak kutu. Wiridan sampe mulutnya kriting minta direbonding.
Ada yang bisa nulis lancar kalau pas lagi boker di WC. Jadi dia bawa hape buat nulis gitu. Sambil ngeden sambil nulis. Itu gue.
Yah! Keceplosan maning rek!
Haiiiyyyahh
Atau ngajak ngobrol orang dari habis maghrib sampai tengah malam kayak Sujiwo Tejo. Yang ini serius. Ini gue tulis atas pengakuan beliau dalam sebuah acara Suluk Maleman di Pati, Jawa Tengah.
Yaahh macem-macem dah!
Absurd kedengerannya. Tapi memang itulah uniknya penulis!
Hwohho! So, tepuk tangan buat ninja Hatori. Eh maksud gue tepuk tangan buat para penuliss!!
Yeee. Prok...prokk...prokk!!!
So, temukan! Temukan tubuh lo, hati lo, pikiran lo, itu enteng diajak nulis ketika apa?
Lo boleh ngomong sendiri di depan cermin, menceracau nggak jelas tentang ini itu, asal nuliiss aja tanpa mikir, dengerin musik, jogetan sendiri, browsing tujuh keliling, lari-lari guling-guling, salto, ato apalah apalah it's yours men!
Sekedar buat lo tau aja, sebenernya gue seringkali ngelakuin beberapa hal di atas. Nggak perlu gue tunjukin yang mana. Entar malah lo tiru. Lo kan belum cukup umur
Xixixixi...
Oke. Next. Kenapa kita harus membaca?
Gini. Otak manusia ini ibarat teko men. Lo tau teko kan?
Iya. Yang ada orang banyak lagi jualan itu kan???
ITU TOKO!!!
Semakin banyak dan sering kita mengisi teko dengan air, maka semakin penuh dan tumpahlah air itu.
Itulah isi kepala kita. Semakin banyak dan sering kita membaca, tanpa dipaksa pun otomatis kita akan menulis dengan sendirinya. Mengapa? Ya karena memori penyimpanan kita 'penuh' dan akhirnya 'tumpah'.
Iya. Meski pada hakekatnya otak kita diciptakan Tuhan bersifat unlimited dan tidak ada istilah penuh, tetapi PASTI akan ada masa dimana kita merasa NGGAK NAHAN akan sebuah ide. Maka jadinya tumpah deh. Tumpahan itulah yang dinamakan tulisan kita.
Kittaa??? Lo aja kaleeek!!
Membacalah men. Membaca. Kalo lo nggak rajin membaca, gimana lo bisa nulis? Kalo lo nggak rajin membaca, ya elo kayak teko kosong jadinya.
Kalo teko lo kosong terus apa yang mo dituangin? Angin?
Membaca pun bisa membuat kita bisa melihat secara multidimensional. Kita punya banyak mata untuk melihat suatu permasalahan dari berbagai sudut pandang. Sehingga semakin lama kita akan menjadi lebih peka dan bijak.
Oke cukup.
Jadi, pesen gue malem ini, teruslah belajar menulis. Menulis bisa ngerubah hidup lo men.
Karena lo bukan anak raja, bukan juga anak ulama besar, maka jadilah penulis. Itu kata Imam Al-Ghazali, embah buyut gue.
Kalo ada buku yang pengen lo baca, tapi buku itu belom ada yang nulis, maka lo yang musti menulisnya. Itu kata Toni Morrison, Penulis Afro-Amerika, tante gue. Itu hampir mirip kata-kata empok gue Dewi Lestari, tulislah buku yang pengen lo baca.
Menulislah tiap harinya, niscaya kulit lo akan menjadi segar kembali. Itu kata Fatimah Mernissi, tante gue yang satunya lagi.
Ngaku-ngaku...
Iya terserah gue dong. Gue yang nulis. Pengen bisa kayak gini? Makanya nuliss....
Nggak ada satupun pekerjaan yang paling menyenangkan, selain hobi kita dibayar! Itu kata Ridwan Kamil, Walikota Bandung, bukan apa-apa gue.
Sebab tersimpan rasa dalam setiap kata. Bila dirangkai dengan baik satu dengan yang lainnya, ia akan menjadi sekumpulan tulisan yang mampu membawa hidupmu. Bila menyatu dalam nada ia akan menjadi harmoni yang mampu mengajak jiwa menari. Bila hanya engkau biarkan saja mengalir lewat lisan, walaupun itu seindah lukisan ia akan tetap pudar akhirnya, walau bercahaya layaknya mentari ia tak akan banyak berarti. Sebab ia tak bisa bertahan untuk tidak menjadi angin, hanya beberapa kerjap setelah engkau mengucapnya, sebelum ia lenyap sama sekali dari telinga siapa yang mendengarnya. Maka menulislah. Itu kata Elfariqy, sodara kembar gue.
Terakhir, nulis aja terus sampe jagat maya ini penuh dengan tulisan-tulisan lo. Nulis aja terus sampe orang-orang pada bosen. Nulis aja terus sampe 'kejahatan' lo dilaporkan.
Iya. Sama penerbit.
Sama polisi? Enggak lah. Tenang aja. Indonesia udah merdeka men! Merdeka!!
MERDEKA!!!
Iya. Yang gue cetak tebal itu kata gue sendiri.
Yah, pokoknya menulis itu banyak manfaatnya dah, apalagi ini hari Pramuka.
Eh, nggak ada hubungannya ding.
Terus, belajar nulis bisa lo lakukan sama orang-orang yang lo yakini bisa nulis. Jangan sekali-sekali lo belajar dari orang yang suka update status di facebook panjaaang bingitt. Plus bikin bingung pembacanya.
Woy, itu kan elo?
Oh iya ya. Itu gue dong.
Plakkk
Belajarlah dari orang yang meyakinkan. Bisa sama orang yang udah pernah nerbitin buku. Bisa sama guru bahasa Indonesia di sekolah. Ato bisa juga sama orang di sekitar lo, khususnya orang Mumetnesia.
Orang Mumetnesia semuanya mahir menulis kok.
Menulis cerita dewasa.
Gubrakkk!!
Damai Negeriku, gue Ken Patih selamat malamm!
Mumetnesia, 14 Agustus 2015
©Ken Patih.
Baca juga KENAPA NULIS SESULIT NGANGKAT KEBO? (Part 2)